SINDROM RUBELLA KONGENITAL
Abstract
Congenital Rubella Syndrome (CRS) adalah suatu kumpulan gejala penyakit terdiri dari katarak, penyakit jantung bawaan, gangguan pendengaran, dan keterlambatan perkembangan. Sindrom rubella kongenital disebabkan infeksi virus rubella pada janin selama masa kehamilan akibat ibu tidak mempunyai kekebalan terhadap virus rubella.. Virus rubella ditransmisikan melalui pernapasan yaitu melalui droplet yang dikeluarkan oleh seseorang yang terinfeksi rubella, setelah terkena droplet, virus ini akan mengalami replikasi di nasofaring dan di daerah kelenjar getah bening. Viremia terjadi antara hari ke-5 sampai hari ke-7 setelah terpajan virus rubella. Infeksi rubella menyebabkan kerusakan janin karena proses pembelahan terhambat. Diagnosis dari CRS bisa ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pebunjang. Pemeriksaan laboratorium untuk menunjang diagnosis CRS antara lain: isolasi virus, pemeriksaan serologik (ELISA) dan pemeriksaan terhadap RNA virus rubella. Terapi untuk CRS sendiri hanya bersifat suportif untuk defek-defek yang dialami. Penting untuk mencegah CRS adalah dengan vaksin MMR sebelum hami. Prognosis untuk CRS lebih buruk dibandingkan dengan rubella postnatal karena disertai kerusakan organ multiple yang berat.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
IDAI, 2016. Handryastuti,S, Sindrom Rubela Kongenital, Diakses 4 Juni 2018, Avaible from http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/sindrom-rubela-kongenital
Ezike E, Steele RW, 2013. Pediatric Rubella, diakses 4 Juni 2018. Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/968523.
Kadek, Darmadi S, 2007. Gejala Rubela Kongenital (Kongenital) berdasarkan Pemeriksaan Serologis dan RNA Virus. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory :13(2):63-71.
Sugishita Y, Akiba T, Sumitomo M, Hayata N, Hasegawa M, Tsunoda T, Okazaki T, Murauchi K, Hayashi Y, Kai A, Seki N, Kayebeta A, Iwashita Y, Kurita M, Tahara N, 2015. Shedding of rubella virus in congenital rubella syndrome: study of affected infants born in Tokyo, Japan, 2013–2014. Japanese Journal of Infectious Diseases.
Giambi C, Filia A, Rota MC, Manso MD, Declich S, Nacca1 G, Rizzuto E, Bella A, 2014. Congenital rubella still a public health problem in Italy: analysis of national surveillance data from 2005 to 2013. Surveillance and Outbreak Reports.
Nguyen TV, Pham VH, Abe K, 2015. Pathogenesis of congenital rubella virus infection in human fetuses: viral infection in the ciliary body could play an important role in cataractogenesis. EbioMedicine, 2: 59–63.
McLean H, Redd S, Abernathy E, Icenogle J, Wallace G,2012. Chapter 15: Congenital Rubella Syndrome. In: VPD Surveillance Manual.Ed 5th
Lin C, Shih S, Tsai P, Liang A,2015. Is birth cohort 1985/9-1990/8 a suspceptibility window for congenital rubella syndrome in Taiwan?. Taiwanese journal of Obstetrics & Gynecology.
Tian C, Ali SA and Weitkamp JH, 2010. Congenital Infections, Part I: Cytomegalovirus, Rubella and Herpes simplex. Neoroviews 11(8):e436-45.
Quintana EM, Solórzano CC, Torner N, González FR, 2015. Congenital rubella syndrome: a matter of concern. Pan American Journal of Public Health, 37 (3): 179-186.
DOI: https://doi.org/10.29103/averrous.v4i1.808
Article Metrics
Abstract Views : 7887 timesPDF Downloaded : 399 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2018 Julia Fitriany, Yulia Husna
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Print ISSN | : |
2477-5231 |
Online ISSN |
: |
2502-8715 |
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh, Jl. Meunasah, Uteunkot Cunda, Lhokseumawe, 24351, Provinsi Aceh, Tel/fax : 081376575984, Email: averrous@unimal.ac.id
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.