Analisa proksimat formulasi pakan pelet dengan penambahan bahan baku hewani yang berbeda
Abstract
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) Non Faktorial dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan yaitu perlakuan A: formulasi pakan pelet dengan penambahan tepung ikan, dedak padi, dan tepung cacing tanah, perlakuan B: formulasi pakan pelet dengan penambahan Tepung ikan, dedak padi, dan tepung bekicot, perlakuan C: formulasi pakan pelet dengan penambahan tepung ikan, dedak padi, dan tepung keong mas dan perlakuan D: formulasi pakan pelet dengan penambahan tepung ikan dan dedak padi. Berdasarkan hasil penelitian ketiga bahan baku tersebut cocok ditambahkan ke dalam pakan pellet karena mengandung kadar protein yang tinggi sesuai untuk pertumbuhan ikan, protein yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A (38,4%) dengan formulasi tepung ikan, dedak padi dan tepung cacing tanah, Kemudian diikuti perlakuan B (37,49%) dengan formulasi tepung ikan, dedak padi dan tepung bekicot, Selanjutnya perlakuan C (33,35%) formulasi tepung ikan, dedak padi dan tepung keong mas, dan terakhir perlakuan D (30,41%) formulasi pakan pelet dengan penambahan tepung ikan dan dedak padi.
The method used in this study was experimental method using a completely randomized design (CRD) non factorial with four treatments and three replications namely treatment A: formulation of pellet with addition of fish meal, rice bran, and flour earthworms, treatment B: formulation of pellet with addition of fish meal, rice bran, and flour snail, treatment C: formulation of pellet with addition of fish meal, rice bran, and snails and treatment D: formulation of pellet with addition of fish meal and rice bran. Based on the results, three feedstuffs were suitable to be added into pellet feed because their high protein content for growth of fish. The highest protein content was gained at treatment A (38.4%) with formulation of fish meal, rice bran and flour earthworms, then it was followed by treatment B (37.49%) with formulation of fish meal, rice bran and flour snail, Further treatment C (33.35%) with formulation of fish meal, rice bran and snails. While the lowest treatment was D (30.41% ) with formulation of fish meal and rice bran.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Afrianto, Liviawaty, E., 2005. Pakan Ikan.Kanisius.Yogyakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI 01-4087-2006. Nutrisi dan Karakteristik Pelet Ikan. BSN. Jakarta
Gomez, K.A., Gomez, A.A., 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi ke-2. Terjemahan Sjamsuddin, E. dan Baharsjah, J.S. UI-Press, Jakarta.
Gusrina, 2008. Budidaya Ikan. Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan. Jakarta.
Hartadi H. S., Reksohadiprojo, A. D. Tillman, 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.
Merantica, W., 2007. Pemanfaatan Meat and Bone Meal (MBM) Sebagai Penganti Tepung Ikan pada Pakan Ikan Nila. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
NRC, 1993. Nutrient Requirement of fish. Washinton, D.C. National Academy Press.
Nuraeni, A., 2004. Pengembangan komoditas perikanan budidaya air tawar di provinsi Kalimantan Barat: Analisis Komoditas Lokal. Analisis Kebijakan Pembangunan Perikanan Budidaya. Pusat Riset Perikanan Budidaya.57-70 pp
Rostika, R., 1997. Imbangan Energi Protein Pakan pada Juwana Ikan Mas. Tesis. Pasca Sarjana. Universitas Padjadjaran.
Sutikno, E., 2011. Pembuatan Pakan Buatan Ikan Bandeng. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. Jepara.
DOI: https://doi.org/10.29103/aa.v2i1.348
Article Metrics
Abstract Views : 4238 timesPDF Downloaded : 17 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.