Identifikasi karakteristik nelayan perikanan tangkap dan persepsinya terhadap peran Lembaga Hukom Adat Laot di Kota Lhokseumawe (studi kasus: nelayan perikanan tangkap Gampong Pusong)
Abstract
Penelitian ini merupakan penelitian dasar yang bertujuan untuk (1) mengidentifikasi karakteristik nelayan perikanan tangkap yang ada di Kota Lhokseumawe (Studi Kasus di Perkampungan Nelayan Pusong), serta (2) menganalisis persepsi nelayan perikanan tangkap terhadap peranan Lembaga Hukum Adat Laot (LHAL) yang merupakan kearifan lokal yang ada di lingkungan domisili mareka. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode survey dan analisis datanya dengan pendekatan kualitatif dengan mengunakan data tabulasi quisioner hasil wawancara dengan rensponden. Hasil penelitian menunjukan karakteristik umur nelayan berada pada umur produktif dengan tingkat pendidikan formal dan nonformal yang masih rendah, pengalaman sebagai nelayan perikanan tangkap yang lama namun mayoritas tidak memiliki sarana kapal dan alat tangkap sendiri. Persepsi nelayan perikanan tangkap tentang peranan Lembaga Hukum Adat Laot (LHAL) secara berjenjang adalah (1) peran LHAL dalam menyelesaikan peselisihan dan persengketaan antar nelayan, (2) peranan LHAL dalam mengawasi ketentuan hukum adat laot, (3) Peranan LHAL sebagai penghubung antara pemerintah dengan nelayan dan (4) peranan LHAL sebagai pelaksana upacara adat laot.
This study was basic study that aimed to (1) identify the characteristics of fishermen existing at Lhokseumawe City (Case Study at Pusong Village), and (2) analyze the perception of fishermen onto the role of Laot Customary Law Institution which was a local wisdom in their domicily environment. The research method used was survey method while the data analysis by using qualitative approach with tabulated quitionary data of renspondents. The results showed that the characteristics of fishermen age was in the productive age with the levels of formal and non-formal education were still low. The experience as a fisherman was already long experience, but the majority of them did not have their own boat and fishing equipments. Perception of fishermen onto the role of Laot Customary Law Institution were (1) the role of Laot Customary Law Institution in solving disputes and unpleasantness among fishermen, (2) the role of Laot Customary Law Institution in supervising the provision of laot customary law, (3) The role of Laot Customary Law Institution as a connector for both the government and fishermen (4) the role of Laot Customary Law Institution as executive agent of laot ceremonies.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Amanah, S., Farmayanti, N., 2010. Strategi Pemberdayaan Nelayan Berbasis Keunikan Agroekosistem Dan Kelembagaan Lokal. Makalah Simposium Himpunan Ahli Pengelolaan Pesisir Indonesia (HAPPI), Bogor.
Anonimous, 2003. Peranan Hukum Adat Laot/ Panlima Laot dalam Menyelesaikan Sengkata Nelayan di Nanggroe Aceh Darussalam. Makalah seminar pusat studi keamanan dan perdamaian UGM, Yogyakarta.
Nya’ Pa, H., 2001. Panglima Laot: Peranannya Dalam Lembaga Adat Laot (Menuju Hukum Adat yang Berkekuatan Tetap). Makalah Lokakarya dan Duek Pakat Adat Laot Panglima Laot Se-Aceh di Sabang.
Budi, S., 2008. Keberadaan Hukum adat Laot sebagai kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam pada masyarakat pesisir Nanggroe Aceh Darussalam. Jurnal Agrium.
DOI: https://doi.org/10.29103/aa.v2i2.338
Article Metrics
Abstract Views : 2122 timesPDF Downloaded : 191 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.