LEMBAGA WALI NANGGROE DAN MASA DEPAN PERDAMAIAN ACEH

Muhammad Nazaruddin, Nirzalin Nirzalin, Iromi Ilham, Abdullah Akhyar Nasution, Sjafruddin Sjafruddin

Abstract


Artikel ini mengkaji tentang keberadaan Lembaga Wali Nanggroe dalam relasinya dengan masa depan perdamaian Aceh. Teknik pengumpulan data dalam studi ini adalah observasi, wawancara mendalam serta kajian dokumen yang relevan dengan topik. Hasil kajian menyatakan bahwa Wali Nanggroe adalah institusi khusus yang memang sudah berakar dalam kultur politik keacehan. Lembaga tersebut menjadi “media” penghubung dalam berbagai sistem tatanan sosial, budaya dan politik di Aceh serta memiliki otoritas dan legitimasi yang terbentuk dari basis formal maupun non-formal. Paska Helsinki, Lembaga Wali Nanggroe berperan penting dalam memproduksi stabilitas dan kohesivitas perdamaian Aceh. Posisi Lembaga Wali Nanggroe bukan saja aktor utama perdamaian, tetapi juga aktor penentu dalam merawat perdamaian Aceh. Oleh karena itu, posisinya dalam tatanan kepemerintahan Aceh harus lebih dipertegas sehingga kuat dan otonom untuk penguatan perdamaian serta penjaga kekhususan dan keistimewaan Aceh. 


Keywords


Wali Nanggroe, Kekhususan Aceh, Perdamaian Aceh.

Full Text:

PDF

References


Aceh.tribunnews.com. (22 Juni 2021). DPRA Akan Revisi Qanun Lembaga Wali Nanggroe, Berikut Komentar Malik Mahmud. Diakses dari https://aceh.tribunnews.com/2021/06/22/dpra-akan-revisi-qanun-lembaga-wali-nanggroe-berikut-komentar-malik-mahmud?page=all pada tanggal 03 Agustus 2021.

Abdullah, Muhammad Adli. (2016). Kedudukan Wali Nanggroe Setelah lahirnya Undang-Undang Pemerintah Aceh. Dalam “Kanun Jurnal Ilmu Hukum”. Vol 18 No 2. Pp. 279-287.

Djumala, Darmansjah. (2013). Soft Power Untuk Aceh: Resolusi Konflik dan Politik Desentralisasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ferazzi, G. (2000). "Using the "F" word: Federalism in Indonesia's Decentralization Discourse." Oxford Journals 30(2): 63-85.

Ikramatoun, Siti. (2015). Institusi Kepemimpinan Adat Aceh: Peran Wali Nanggroe dan Respon Masyarakat. Tesis: Program Pasca Sarjana Sosiologi Universitas Indonesia.

Ilham, Iromi. (2015). Aceh dalam Kuasa Awak Nanggroe: Studi Kemunculan Elit Baru dari Kalangan Mantan Pejuang GAM Pasca Penandatanganan Nota Kesepahaman MoU Helsinki. Tesis: Program Pasca Sarjana FIB Universitas Gadjah Mada.

Kurniadi, Bayu Dardias. (2012). Desentralisasi Asimetris Di Indonesia: Lembaga Administrasi Negara, Bandung.

Missbach, Antje. (2012). Politik Jarak Jauh Diaspora Aceh: Suatu Gambaran tentang Konflik Separatis di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Nazaruddin, Muhammad. (2011). Politik Identitas Perlawanan Aceh (Studi Reproduksi Identitas Keacehan Oleh Elit GAM). Disertasi : Universitas Gadjah Mada.

Nazaruddin, Muhammad. (2013). Dialektika Wali Nanggroe: Perjuangan Dan Perdamaian Aceh. “Jurnal Sosiologi Universitas Syiah Kuala”. Volume 26 3, No.3.

Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. Terjemahan resmi yang telah disetujui oleh delegasi RI dan GAM. Teks Asli tertulis dalam bahasa Inggris yang ditandatangani di Helsinki, Finlandia 15 Agustus 2005.

Pane, Neta S. (2001). Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka: Solusi, Harapan dan Impian. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Saleh, Hasan. (1992). Mengapa Aceh Bergolak?. Jakarta: PT. Temprint.

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH SEBAGAI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM.




DOI: https://doi.org/10.29103/aaj.v5i2.5625

Article Metrics

 Abstract Views : 539 times
 PDF Downloaded : 9 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021

INDEXED BY:

Redaksi Aceh Anthropological Journal (AAJ): Gedung Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh. Kampus Bukit Indah Jln. Sumatera No.8, Kec. Muara Satu Kota Lhokseumawe, Prov. Aceh, Indonesia. eMail: aaj.antro@unimal.ac.id

Lisensi Creative Commons

All publication by Aceh Anthropological Journal (AAJ) are licensed under a Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional