Tradisi dan Status Sosial dalam Penetapan Mahar Perkawinan di Gampong Mamplam Aceh Utara
Abstract
This study discusses the procedure for determining the dowry in the Acehnese marriage tradition. Then the influence of social status on the value of the dowry for women in Mamplam Village, Nibong District, North Aceh Regency. We have used a qualitative approach in this study. Some data was collected by interview techniques. Analysis techniques use data reduction, data presentation, and draw conclusions or verification. The results showed that the procedure for determining the dowry in Gampong Mamplam was carried out by an application process mediated by Seulangke. Seulangke serves as a liaison between the groom and the bride. If the application from a man is accepted by the woman and her family, then after a while the process is followed up to the delivery of a dowry for the woman from the family of the man who is applying. The dowry in marriage is determined by the parents of the woman or based on the results of family deliberation. Then the value of the dowry is also strongly influenced by social status, namely the level of education and the level of wealth. If the woman comes from a rich family then the amount of dowry is quite high, it can reach the value of 20-25 mayam gold. Meanwhile, for women who come from simple families, the amount of dowry is relatively less, only around 10-15 mayam gold.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Aini, N. (2014). Tradisi Mahar di Ranah Lokalitas Umat Islam: Mahar dan Struktur Sosial di Masyarakat Muslim Indonesia. AHKAM: Jurnal Ilmu Syariah, 17(1).
Aliah, J. (2017). Kedudukan Mahar dalam Proses Pernikahan Perspektif Fiqh Munakahat (Studi Kasus di Desa Pemulutan Ilir Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir). (Skripsi, UIN Raden Fatah Palembang).
Anjelina, L. (2019). Mahar Perkawinan Adat Suku Buton Perspektif Teori Hudud Muhammad Shahrur (Studi Kasus di Desa Bahari, Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton Selatan). Sakina: Journal of Family Studies, 3(1).
Asyfiyak, K., & Hasan, N. (2021). Praktek Mahar dalam Pernikahan Masyarakat Adat di Kecamatan Binongko Bahasa Umbeda-Umbeda, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Hikmatina, 3(3), 49-61.
Ayu, R. (2010). Makna Mahar (Jeulamee) dalam Penghargaan Keluarga Istri pada Sistem Perkawinan Suku Aceh (Studi Deskriptif di Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Aceh Utara). (Skripsi, Universitas Sumatera Utara).
Bakti, I. S. (2020). Reification of the Signified and Consumerization of Wedding Reception Sintê Mungêrjê in the Gayo Lot Society in Central Aceh District. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 8(2), 15-35.
Bakti, I. S., Amin, K., & Fakhrurrazi, F. (2020). Ruang Sakral dan Ruang Ritual Prosesi Adat Pernikahan Sintê Mungêrjê pada Masyarakat Gayo Lôt. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM), 1(2), 168-188.
Dauliyah, S., & Jamiludin, J. (2021) Pohon Kelapa sebagai Mahar Perkawinan pada Masyarakat Wawonii di Kabupaten Konawe Kepulauan. Jurnal Penelitian Budaya, 6(1).
Fitri, A. B. M. (2018). Eksistensi Mahar Pernikahan dalam Islam. Usratuna: Jurnal Hukum Keluarga Islam, 2(1), 28-54.
Jafar, M. (2015). Kepemilikan Mahar dalam Adat Masyarakat Aceh Menurut Tinjauan Usul Fikih (Analisis Berdasarkan Teori ‘Urf). Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam, 9(1), 65-78.
Kafi, A. (2020). Mahar Pernikahan dalam Pandangan Hukum dan Pendidikan Islam. Paramurobi: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3(1), 55-62.
Lubis, A. J. (2019). Praktik Penentuan Mahar Menggunakan Mayam dalam Perkawinan Adat Aceh Ditinjau dari Kompilasi Hukum Islam” (Studi Kasus di Desa Serba Kecamatan Bandar Pusaka Kabupaten Aceh Tamiang) (Tesis, Universitas islam Negeri Sumatera Utara).
Moleong, L. J. (2011). Metode Pendekatan Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Musbahar, P. H. (2019). Pandangan Masyarakat terhadap Fenomena Tingginya Belis (Mahar) Perkawinan (Studi Kasus Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur, Flores Nusa Tenggara Timur). Jurnal Hikmatina, 1(1), 37-43.
Nurdin, A. (2019). Pembagian Harta Bersama dan Pemenuhan Hak-Hak Perempuan di Aceh Menurut Hukum Islam. El-USRAH: Jurnal Hukum Keluarga, 2(2), 139-152.
Nurdin, A. (2018). Mut’ah and Iddah: Post-divorce Payment Practices in Aceh. In Women and Property Rights in Indonesian Islamic Legal Contexts (pp. 107-126). Brill.
Rais, S. (2018). Penentuan Mahar Berdasarkan Tingkat Pendidikan Mempelai Wanita Ditinjau Menurut Hukum Islam (Studi Kasus di Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya). Jurnal STAI Darul Arafah, 1(1), 59-77.
Ritonga, S. K. (2020). Mahar Separangkat Alat Shalat dalam Tinjauan Hukum Islam: Tradisi Mahar Pernikahan pada Masyarakat Batak Angkola. Jurnal AL-MAQASID: Jurnal Ilmu Kesyariahan dan Keperdataan, 6(1), 127-140.
Samad, S. A. A., & Munawwarah, M. (2020). Adat Pernikahan dan Nilai-Nilai Islami dalam Masyarakat Aceh Menurut Hukum Islam. El-USRAH: Jurnal Hukum Keluarga, 3(2), 289-302.
Sesa, M. (2020). Budaya Mahar Perkawinan Bagi Masyarakat Sorong Selatan (Skripsi, FISIP Universitas Pasundan).
Sitompul, R., Alesyanti, N. H., & Hakim, N. (2018). Marriage Mahar to Minimize the Low Rate of Marriage in Aceh Pidie, Indonesia. Italian Sociological Review, 8(3), 487-499.
Tilawati, A. (2019). Mahar Perkawinan dengan Hafalan Al-Qur’an: Analisis Hermeneutika Hadis Khaled M. Abou El-Fadl. Indonesian Journal of Islamic Literature and Muslim Society, 4(1), 19-40.
DOI: https://doi.org/10.29103/jspm.v3i1.6224
Article Metrics
Abstract Views : 649 timesPDF Downloaded : 47 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2022 M. Husen M. R., Hamdani Hamdani, Ratri Candrasari
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
INDEXED BY:
Redaksi Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM): Gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh. Kampus Bukit Indah Jln. Sumatera No.8, Kec. Muara Satu Kota Lhokseumawe, Prov. Aceh, Indonesia. eMail: jspm@unimal.ac.id
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License