https://ojs.unimal.ac.id/AAJ/issue/feedAceh Anthropological Journal2023-11-06T21:52:09+07:00Dr. Ibrahim Chalid, M.Siaaj.antro@unimal.ac.idOpen Journal Systems<table class="data" width="508" bgcolor="transparent" style="margin-bottom:44px !important; border-bottom: 1px dotted><tbody><tr valign="top"><td width="20%">Journal title</td><td width="40"><strong>: Aceh Anthropological Journal</strong></td></tr> <tr valign="top"><td width="20%">Initials</td><td width="40"><strong>: AAJ</strong></td></tr> <tr valign="top"><td width="20%">Frequency</td><td width="40"><strong>: 2 issues per year (April & Oktober)</strong></td></tr> <tr valign="top"><td width="20%">DOI</td><td width="40"><strong>: prefix <strong><a href="https://doi.org/10.29103">10.29103</a> </strong><span>by </span><a href="https://search.crossref.org/?q=10.29103" target="_blank"><img src="https://ojs.unimal.ac.id/public/site/crossref.png" alt="" height="14"></a></strong><strong><br></strong></td></tr> <tr valign="top"><td width="20%">Print ISSN</td><td width="40"><strong>: <a title="issn" href="http://u.lipi.go.id/1515140234" target="_blank">2614-5561</a></strong></td></tr><tr valign="top"><td width="20%">Online ISSN</td><td width="40"><strong>: <a href="http://u.lipi.go.id/1599291134" target="_blank">2746-0436</a></strong></td></tr><tr valign="top"><td width="20%">Publisher</td><td width="40"><strong>: Department of Anthropology, Malikussaleh University<strong> </strong></strong></td></tr><tr valign="top"><td width="20%">In Collaboration</td><td width="40"><strong>: LPPM Malikussaleh University<br></strong></td></tr></strong></strong></strong></strong></strong></strong></td></tr> <tr></tr> <tr valign="top"><td width="20%"><strong>Journal Description</strong></td><td width="40">: Aceh Anthropological Journal (AAJ) accepts the results of empirical research as well as a scientific view of theoretical conceptual using the Anthropological perspective of researchers, academics, and anyone interested in Anthropology studies. These journals apply peer-reviewed process in selecting high quality article. Author’s argument doesn’t need to be in line with editors. The main scope of the submitted article is ethnographic research / qualitative research on topics related to certain ethnic / community communities, arts and cultures of specific communities, cultures and belief systems, ecological studies and their relationships with cultures, belief systems and humanity in Indonesia, in Aceh. The critical review should be concerned with the literature relating to anthropological studies</strong></td></tr></tbody></table><tbody></tbody>https://ojs.unimal.ac.id/AAJ/article/view/12699Pengelolaan Objek Wisata Ie Suum dalam Peningkatan Daya Tarik Wisatawan Luar Daerah di Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar2023-11-06T21:52:09+07:00Saprijal Saprijalsaprijalktba90@gmail.comChairul Bariahsaprijalktba90@gmail.comFaez Syahronisaprijalktba90@gmail.com<div><p>: Ie Suum Tourist attraction is one of the tourist attractions that has a unique and very strategic location in the village of Ie Suum, Mesjid Raya District, Aceh Besar Regency, which is surrounded by mountains and hills. This tourist attraction is also known as health tourism. Hence, it needs to be preserved and managed properly so that the local community can utilise tourism potential and tourists are interested in visiting tourist attractions on holidays. The purpose of this study was to determine the management of Ie Suum tourist attractions and the attraction of tourists outside the region. The method uses qualitative research, technical data collection observation, interviews and documentation. Data analysis techniques, data reduction, data presentation and conclusion drawing. The results showed that the management of Ie Suum tourist attraction emphasises the values of natural sustainability, namely making 3 hot spring pools for men, women and children, forming a management team of 6 people, collaborating with the village government and promoting through social media and print media. The attraction of Ie Suum tourist attraction, is the strategic location, beautiful scenery, guaranteed security, and the availability of a clean hot spring pool and open 24 hours from morning to night.</p><div><p><strong>Abstrak</strong>: Objek wisata <em>Ie Suum</em> merupakan salah satu objek wisata yang memiliki keunikan dan lokasi yang sangat strategis di desa <em>Ie Suum</em>, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, yang dikelilingi oleh pegunungan dan perbukitan. Objek wisata ini juga dikenal dengan sebutan wisata kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilestarikan dan dikelola dengan baik agar masyarakat setempat dapat memanfaatkan potensi wisata dan wisatawan tertarik untuk berkunjung ke tempat wisata pada hari libur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan tempat wisata <em>Ie Suum</em> dan daya tarik wisatawan luar daerah. Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif, teknis pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan objek wisata <em>Ie Suum</em> mengedepankan nilai-nilai kelestarian alam yaitu membuat 3 kolam pemandian air panas untuk pria, wanita dan anak-anak, membentuk tim pengelola yang terdiri dari 6 orang, melakukan kerjasama dengan pemerintah desa dan melakukan promosi melalui media sosial dan media cetak. Daya tarik dari objek wisata <em>Ie Suum</em> adalah lokasi yang strategis, pemandangan yang indah, keamanan yang terjamin, dan tersedianya kolam pemandian air panas yang bersih dan buka 24 jam dari pagi hingga malam hari.</p></div></div>2023-10-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Saprijal Saprijal, Chairul Bariah, Faez Syahronihttps://ojs.unimal.ac.id/AAJ/article/view/11759Persepsi Masyarakat terhadap Upaya Penurunan Angka Stunting di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Gianyar2023-11-06T21:52:09+07:00Ni Putu Vita Karina Dewivitakarinadewi@gmail.comA. A. Ngr. Anom Kumbaravitakarinadewi@gmail.comAliffiati Aliffiativitakarinadewi@gmail.com<div><p>Despite the availability of various healthcare facilities, Singakerta Village remains one of the ten villages in Gianyar Regency with a high prevalence of stunting. This research aims to describe the community's perceptions, behaviors, and actions taken in the prevention and reduction of stunting in Singakerta Village, Ubud District, Gianyar Regency. Employing a qualitative interpretive approach, this study utilizes ethnographic paradigm for data collection, including interviews, observations, literature review, and documentation. Informants for this research were selected purposively, based on specific criteria and relevance to the topic under investigation. Based on the findings, the prevalence of stunting in Singakerta Village has decreased between 2018 and 2020. The socio-cultural determinants, including beliefs, perceptions, and community actions, influence the prevention and reduction processes of stunting in Singakerta Village. Although it is not yet optimal, the community's perception of efforts to reduce stunting in Singakerta Village is relatively positive, as demonstrated by the synergy among primary sectors such as parental caregiving and family support, secondary sectors involving healthcare providers, as well as the government and other relevant stakeholders, all of which contribute to the reduction of stunting in Singakerta Village.</p><div><p><strong>Abstrak</strong>: Desa Singakerta merupakan salah satu wilayah yang secara administratif termasuk dalam Kecamatan Ubud di mana merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Bali. Walaupun terdapat berbagai fasilitas kesehatan yang tersedia, Desa Singakerta masih menjadi salah satu dari sepuluh desa di Kabupaten Gianyar yang memiliki angka <em>stunting</em> yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat meliputi kepercayaan, perilaku, dan tindakan yang dilakukan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penurunan angka <em>stunting</em> di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif interpretatif dengan metode etnografi dalam proses pengumpulan datanya, yaitu melalui wawancara, observasi, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini dipilih melalui teknik purposive yang telah ditentukan oleh peneliti sesuai kriteria dan kesesuaian terhadap topik yang dikaji. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi <em>stunting</em> di Desa Singakerta mengalami penurunan terhitung sejak tahun 2018-2020. Determinan sosial budaya termasuk kepercayaan, persepsi, dan tindakan masyarakat mempengaruhi proses pencegahan dan penurunan angka <em>stunting</em> di Desa Singakerta. Walaupun belum optimal, persepsi masyarakat terhadap upaya penurunan <em>stunting</em> di Desa Singakerta cukup baik yang dapat dilihat dari sinergitas dari sektor primer seperti pola asuh orang tua dan keluarga, sektor sekunder seperti petugas dan pelayanan kesehatan serta pemerintah maupun pihak terkait lainnya yang mempengaruhi proses penurunan angka <em>stunting</em> di Desa Singakerta.</p></div></div>2023-10-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Ni Putu Vita Karina Dewi, A. A. Ngr. Anom Kumbara, Aliffiati Aliffiatihttps://ojs.unimal.ac.id/AAJ/article/view/12013Kearifan Lokal Raja Bondar dalam Sistem Pengairan Sawah pada Masyarakat Batak Toba2023-11-06T21:52:09+07:00Indri Yollanda Simangunsongindrisimangunsong12@gmail.comPayerli Pasaribupayerlipasaribu@unimed.ac.id<p><em>Raja bondar</em> is the name given to farmers who manage the irrigation of rice fields in Partoruan Lumban Lobu. This article aims to describe the background of <em>Raja bondar</em>, the requirements for becoming a <em>Raja bondar</em> and the local wisdom practiced by <em>Raja bondar</em>. The research method used are descriptive qualitative. The data collection techniques used are observation, interviews, and documentation. The results of this study show that <em>Raja bondar</em> are motivated by the physical conditions of the rice field environment, the distant location of water sources, the susceptibility of irrigation channels to damage, the varying sizes of farmers land and seasonal changes. The requirements to become a <em>Raja bondar</em> include owning rice fields, residing in partoruan lumban lobu village and being known as a diligent person. The local wisdom practiced by <em>Raja bondar</em> includes leading mutual cooperation or called <em>mamampe bondar</em>, determining the seeding time, providing irrigation water using bamboo pieces or <em>sibulu-bulu</em>, maintaining waterways or <em>mangaligi aek</em>, mediating conflict, and getting reward in the form of rice or money from farmers.</p><div><p><strong>Abstrak</strong>: <em>Raja bondar</em> merupakan sebutan bagi petani yang mengelola irigasi sawah di Desa Partoruan Lumban Lobu. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar belakang adanya <em>Raja bondar</em>, syarat terpilihnya <em>Raja bondar</em> dan bentuk-bentuk kearifan lokal <em>Raja bondar</em>. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa <em>Raja bondar</em> dilatar belakangi oleh keadaan fisik lingkungan persawahan yaitu sumber air yang jauh, jaringan irigasi yang rentan rusak, luas lahan petani yang berbeda serta perubahan musim. Syarat menjadi <em>Raja bondar</em> adalah memiliki sawah, bertempat tinggal di Desa Partoruan Lumban Lobu dan dikenal sebagai seorang yang rajin. Kearifan lokal yang dilakukan <em>Raja bondar</em> ialah memimpin gotong royong atau <em>mamampe bondar</em>, menentukan waktu membibit, membagi air menggunakan potongan bambu atau <em>sibulu-bulu</em>, pemeliharaan saluran air atau <em>mangaligi bondar</em>, menengahi konflik, dan mendapatkan imbalan berupa padi atau uang dari para petani.</p></div>2023-10-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Indri Yollanda Simangunsong, Payerli Pasaribuhttps://ojs.unimal.ac.id/AAJ/article/view/12347Tradisi Berguru dalam Budaya Pernikahaan Adat Gayo2023-11-06T21:52:09+07:00Erna Fitriani Hamdahamdaerna@gmail.comSri Kintan THsrikintantarsiahhasibuan@gmail.comLasri Lasrilasrilasri2610@gmail.comMuhajir Al-Fairusymuhajiralfairusy@staindirundeng.ac.id<p>Custom is a habit that cannot be separated from the daily life of humans or individuals who live in certain areas or tribes. One of the traditions developed in Gayo is the procedure for getting married, starting with studying before the bride is brought to the mosque or KUA to accept consent. Studying plays an important role in providing guidance to the bride and groom in building a sakinah, mawaddah wa rahmah household. This study uses a qualitative method with a descriptive approach. This approach aims to find out and describe things found in the field. The research process was carried out by observing, interviewing and studying literature, in order to collect and analyze references related to the research problem. The results of this study indicate that berguru is the final momentum before the wedding event which is called berguru/ejer angry, namely giving advice to remind the values and principles of Islamic teachings to the prospective bride and groom. The most important subject matter includes matters of faith, worship and shariah as well as structured physical and spiritual needs. The Gayo Traditional Council is an autonomous institution and partner of the Regional Government in carrying out and administering traditional life. This is so that the culture or customs that exist in the Gayo community are always maintained and maintained and practiced in people's lives. The Gayo Traditional Council plays a role in maintaining this berguru custom.</p><div><p><strong>Abstrak</strong>: Adat merupakan kebiasaan yang tidak lepas dari keseharian manusia atau individu yang tinggal didaerah atau suku tertentu. Adat yang di kembangkan di Gayo salah satu dalam tata cara menikah adalah dimulai dengan berguru sebelum mempelai di bawa ke masjid atau KUA untuk mengijab qabul. Berguru sangat berperan penting dalam memberikan bimbingan kepada calon pengantin dalam membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan tersebut bertujuan untuk mengetahui dan menjabarkan hal yang ditemukan di lapangan. Proses penelitian ini dilakukan dengan adanya observasi, wawancara dan studi kepustakaan, guna mengumpulkan serta menganalisis referensi-referensi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berguru merupakan momentum terakhir menjelang acara pernikahan yang disebut <em>berguru/ ejer marah</em> yaitu memberi nasehat mengingatkan nilai dan prinsip ajaran Islam kepada calon mempelai laki-laki dan perempuan. Materi pelajaran yang paling penting antara lain mengenai akidah, ibadah dan syariah serta kebutuhan jasmani dan rohani secara terstruktur. Majelis Adat Gayo adalah lembaga otonom dan mitra Pemerintah Daerah dalam menjalankan dan menyelenggarakan kehidupan adat. Hal ini dimaksudkan agar budaya atau Adat Istiadat yang ada dalam masyarakat Gayo tetap selalu terpelihara dan terjaga serta dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat. Majelis Adat Gayo berperan dalam mempertahankan adat berguru ini.</p></div>2023-10-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Erna Fitriani Hamda, Sri Kintan TH, Lasri Lasri, Muhajir Al-Fairusyhttps://ojs.unimal.ac.id/AAJ/article/view/11423Hubungan Timbal Balik Filantropi dan Antropologi2023-11-06T21:52:09+07:00Hana Hanifahhana.hanifah91@ui.ac.id<div><p>Philanthropic activity is one of the activities that humans have been doing for a long time. It contributes greatly to improving people's welfare, which makes the topic continue to grow. Thanks to the internet, philanthropy has become an icon of the intense dynamic process of social relations that increasingly prominent in today's technological life. Based on the development, this article aims to discuss how the anthropological perspective on philanthropy. With the literature review method, this study shows two things. First, the reciprocal relationship between anthropology and philanthropy that leads to the potentiality of philanthropy as additional project areas for anthropology. Second, the implication related to the urgency of Digital Anthropology to be increasingly considered by anthropologists today as a bridge in studying how people react and communicate with <em>today's digital world.</em></p><p><strong>Abstrak</strong>: Kegiatan filantropi merupakan salah satu kegiatan yang telah dilakukan manusia sejak lama. Kegiatan ini memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga topik ini terus berkembang. Berkat internet, filantropi telah menjadi ikon dari proses dinamis yang intens dalam hubungan sosial yang semakin menonjol dalam kehidupan teknologi saat ini. Berdasarkan perkembangan tersebut, artikel ini bertujuan untuk membahas perspektif antropologi tentang filantropi. Dengan metode tinjauan literatur, penelitian ini menunjukkan dua hal. Pertama, hubungan timbal balik antara antropologi dan filantropi yang mengarah pada potensi filantropi sebagai area proyek tambahan untuk antropologi. Kedua, implikasi terkait urgensi Antropologi Digital yang semakin perlu dipertimbangkan oleh ahli antropologi saat ini sebagai jembatan dalam mempelajari bagaimana orang bereaksi dan berkomunikasi dengan dunia digital.</p></div>2023-10-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Hana Hanifahhttps://ojs.unimal.ac.id/AAJ/article/view/11597Analisis Penyebab Tingginya Kasus Penyalahgunaan Narkoba di Kabupaten Aceh Utara2023-11-06T21:52:09+07:00Cut Sukmawaticutsukmawati@unimal.ac.idMurniati Murniatirizkiyunanda56@unimal.ac.idRizki Yunandarizkiyunanda56@unimal.ac.idSakdiah SakdiahSakdiah@unimal.ac.idSafrina SafrinaSafrina@unimal.ac.id<div><p>The issue of drug abuse and illicit trafficking is increasing every year. North Aceh District of Aceh Province is one of the districts with a high number of drug abuse cases, as in 2018 there were 124 cases of drug abuse and in 2019 there were 96 cases. This article describes the reality of the causes of high drug abuse cases in North Aceh District. The study was conducted in North Aceh District, Aceh, Indonesia, using qualitative methods in the research process. Observation, interviews and document utilization were used to collect data on the causes of high drug abuse in North Aceh district. The data collected was then classified, arranged in patterns, organized, interpreted, given meaning and concluded. This study found that there are different views, from the North Aceh local government, which is still not fully committed to the implementation of P4GN facilitation so that there is still high drug abuse, from the BNNK and North Aceh Police. The causes of the high number of cases of drug abuse and illicit trafficking in North Aceh Regency are lack of public awareness, non-existent rehabilitation facilities, the number of drug entry points into North Aceh, the existence of individual factors that cannot say NO to drugs. The influence of environmental factors (family, school and socialization), and the absence of local regulations and P4GN Action Plans.</p><div><p><strong>Abstrak</strong>: Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika setiap tahunnya semakin mengalami peningkatan. Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh merupakan salah satu Kabupaten dengan tingginya jumlah kasus penyalahgunaan narkotika, seperti halnya tahun 2018 ada 124 kasus penyalahgunaan narkoba dan pada tahun 2019 ada 96 kasus. Artikel ini mendeskripsikan realitas penyebab tingginya kasus penyalahgunaan narkoba di Kabupaten Aceh Utara. Studi yang dilakukan di Kabupaten Aceh Utara, Aceh, Indonesia ini menggunakan metode kualitatif dalam proses penelitiannya. Observasi, wawancara (<em>interview</em>) dan pemanfaatan dokumen digunakan untuk mengumpulkan data tentang penyebab masih tingginya penyalahgunaan narkotika di kabupaten Aceh Utara. Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diklasifikasikan, disusun dalam pola-pola, diorganisasikan, ditafsirkan, diberi makna dan kesimpulan. Penelitian ini menemukan bahwa ada perbedaan pandangan, dari Pemda Aceh Utara masih belum berkomitmen penuh untuk implementasi Fasilitasi P4GN sehingga masih tingginya penyalahgunaan narkoba, dari pihak BNNK dan Polres Aceh Utara. Penyebab masih tingginya kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Kabupaten Aceh Utara yaitu kurangnya kesadaran masyarakat, fasilitasi rehabilitasi yang belum ada, banyaknya jalur masuk narkoba ke Aceh Utara, Adanya faktor individu yang tidak bisa berkata TIDAK pada narkoba. Adanya pengaruh faktor lingkungan (keluarga, sekolah dan pergaulan), dan belum adanya Peraturan daerah dan Rencana Aksi P4GN.</p></div></div>2023-10-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Cut Sukmawati, Murniati Murniati, Rizki Yunanda, Sakdiah Sakdiah, Safrina Safrinahttps://ojs.unimal.ac.id/AAJ/article/view/11387Ethnography of Child Labor in Paotere City of Makassar2023-11-06T21:52:09+07:00Muhammad Kamil Jafar Nmuhammad.kamil@iain-manado.ac.id<p>This article uses ethnographic research method to analyze the phenomenon of child labor in Paotere. It discusses history and culture of children working in Paotere. The family environment of child laborers also influenced them to work to have secondary income earners for the family. Data collection was conducted for one year from January to December 2021. This research uses four stages: firstly identification, data collection, data reduction and directional discussion. Data collection includes observation, in-depth interviews, and group discussions. Dialogue between exploitation and culture retained by child laborers is discoursed specifically in this article.</p><div><p><strong>Abstrak</strong>: Artikel ini menggunakan metode penelitian etnografi untuk menganalisis fenomena pekerja anak di Paotere. Ini membahas sejarah dan budaya anak-anak yang bekerja di Paotere. Lingkungan keluarga pekerja anak juga mempengaruhi mereka untuk bekerja mencari nafkah sampingan bagi keluarga. Pengumpulan data dilakukan selama satu tahun dari Januari hingga Desember 2021. Penelitian ini menggunakan empat tahapan yaitu identifikasi, pengumpulan data, reduksi data dan pembahasan terarah. Pengumpulan data meliputi observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok. Dialog antara eksploitasi dan budaya yang dipertahankan oleh pekerja anak diwacanakan secara khusus dalam artikel ini.</p></div>2023-10-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Muhammad Kamil Jafar Nhttps://ojs.unimal.ac.id/AAJ/article/view/12516Gerakan Adaptasi Politik Komunitas Samin di Kudus Jawa Tengah2023-11-06T21:52:09+07:00Moh Rosyidmohrosyid@iainkudus.ac.id<div><p>The purpose of writing this paper is to description the form of political adaptation the Samin community in Kudus, Central Java at the married don’t written married in Civil Registry Service Office (Dukcapil) and don’t formal school. Data obtained by interview, literature review, and observation. The data was analyzed using a qualitative descriptive approach. Result, people non-Samin in Kudus City, formal school and married listed in Civil Registry Service Office (Dukcapil) stigmatization for people non-Samin. As a result, Samin community out from Samin. In order to continue to exist in Samin, two attempts were made by the Samin figure, (1) record mating and (2) have regular meetings about study teaching Samin. Local government Kudus positive respons attend the Samin marriage, make marriage certificate, and publish change ID-card colom, the first setrip (-) make indegeneous religion (penghayat). Government Kudus have to explain married must be listed in Civil Registry Service Office in order to get married sertificate. If not, breaking married law and people administration.</p><div><p><strong>Abstrak</strong>: Artikel ini ditulis bertujuan mendedahkan adaptasi politik komunitas Samin di Kudus, Jawa Tengah atas peraturan negara bidang pencatatan perkawinan. Data didapatkan dengan observasi, kajian referensi, dan wawancara yang selanjutnya dianalisis dengan telaah kualitatif-deskriptif. Hasil riset, warga di Kudus ada yang masih mempertahankan Saminisme berupa tidak menyekolahkan anaknya di sekolah formal dan pernikahannya tak dicatatkan pada Dukcapil. Akibatnya menerima stigma dari warga non-Samin berdampak banyaknya warga Samin yang keluar dari Samin. Agar komunitas Samin eksis, upaya yang dilakukan tokoh Samin di Kudus (1) mencatatkan perkawinan warga Samin dengan diawali mendaftarkan komunitasnya berbadan hukum, dan (2) melakukan temu rutin warga Samin untuk mendalami ajaran Samin. Pemkab Kudus merespons positif upaya warga Samin dengan menghadiri perkawinan di rumah warga Samin ketika kawin perdana warga Samin dicatatkan, menerbitkan akta kawinnya, dan menerbitkan perubahan kolom agama warga Samin yang semula tertulis setrip (-) menjadi penghayat kepercayaan. Pemerintah Kabupaten Kudus harus melakukan upaya memberi pemahaman pada warga Samin bahwa tidak mencatatkan perkawinan adalah melanggar undang-undang Perkawinan dan Administrasi Kependudukan.</p></div></div>2023-10-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Moh Rosyidhttps://ojs.unimal.ac.id/AAJ/article/view/12718Makna Budaya Bajapuik dalam Pernikahan Etnis Minangkabau di Kota Pariaman Sumatra Barat2023-11-06T21:52:09+07:00Nurul Anitanurulanita0129@students.unnes.ac.idNugroho Trisnu Bratanurulanita0129@students.unnes.a.id<div><p>Bajapuik is a wedding tradition characteristic of the Pariaman area, West Sumatra. Bajapuik culture considers the obligation of women to give some money to men. The amount of japuik money women must prepare depends on the agreement between the parties. The purpose of this study was to analyze the meaning of bajapuik culture in community marriages in the city of Pariaman. The data collection technique in this study employs observation, interviews and documentation studies. In contrast, data analysis uses data reduction, presentation, and conclusion. The validity of the data uses triangulation. Bajapuik culture has undergone many changes, one of which is in the value of japuik money. Historically, moral values were prioritized when indigenous people implemented the bajapuik culture. Still, nowadays, economic values are prioritized due to the strengthening of modern culture and materialism culture. The meaning of the Bajapuik culture in the Pariaman area is as a form of appreciation for men. The japuik money given by the woman to the man, money can later use to finance the household with his wife. This study suggests that people outside the Pariaman area better understand the meaning of the bajapuik culture itself and do not assume that men in Pariaman city are "bought" but are japuik by custom. And there is no coercion at all to give the japuik money.</p><div><p><strong>Abstrak</strong>: <em>Bajapuik</em> adalah tradisi pernikahan yang menjadi ciri khas daerah Pariaman, Sumatra Barat. Budaya <em>bajapuik</em> dianggap sebagai kewajiban pihak perempuan untuk memberikan sejumlah uang kepada pihak laki-laki, jumlah uang <em>japuik</em> yang harus dipersiapkan oleh pihak perempuan tergantung pada kesepakatan antara kedua belah pihak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengalisis makna budaya <em>bajapuik</em> pada pernikahan masyarakat di kota Pariaman. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi, wawancara dan studi dokumentasi, sedangkan teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi. Budaya <em>bajapuik</em> banyak mengalami perubahan salah satunya dalam nilai uang <em>japuik</em>. Pada zaman dahulu nilai moral yang lebih diutamakan apabila dilaksanakannya budaya <em>bajapuik</em>, namun pada zaman sekarang nilai ekonomis yang lebih diutamakan disebabkan oleh menguatnya budaya modern dan budaya materialisme. Makna dari adanya budaya <em>bajapuik</em> di daerah Pariaman adalah sebagai bentuk penghargaan kepada pihak laki-laki. Adanya uang <em>japuik</em> yang diberikan oleh pihak perempuan kepada pihak laki-laki nantinya dapat digunakan untuk membiayai rumah tangga bersama istrinya. Saran dalam penelitian ini yaitu agar masyarakat di luar daerah Pariaman lebih memahami lagi apa makna dari budaya <em>bajapuik</em> itu dan tidak beranggapan bahwa laki-laki di kota Pariaman itu “dibeli” melainkan di <em>japuik</em> dengan adat dan tidak ada paksaan sama sekali untuk memberikan uang <em>japuik</em> tersebut.</p></div></div>2023-10-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Nurul Anita, Nugroho Trisnu Bratahttps://ojs.unimal.ac.id/AAJ/article/view/12452Pengetahuan Generasi Z tentang Penyakit Masuk Angin2023-11-06T21:52:09+07:00Shaumti Ramadhani Perdana Putrishaumti18001@mail.unpad.ac.idJunardi Harahapjunardi@unpad.ac.id<p>This study examines the knowledge that is understood by generation Z in Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, South Tangerang City. This is something interesting because masuk angin, a disease with a folk-natural thinking concept and doesn't exist in modern medical science, actually can still be felt by generation Z whose stereotype is a generation that grew up with the internet and technology, making this urban settled generation more exposed to more information than previous generations. This study aims to find out how the knowledge of urban communities, especially Generation Z, regarding masuk angin. The research method used in this research is descriptive qualitative method with data collection techniques in the form of observation, interviews and literature studies. Interviews and field observations to determine the characteristics of informants were carried out in Pondok Jaya Bintaro housing. In-depth interviews were conducted with six youth IRPJ members who belong to the z generation at Perumahan Pondok Jaya Bintaro. The results of this study show an overview of Generation Z's knowledge about masuk angin including definitions, sources of knowledge, and ways to prevent and treat colds. The results of the study concluded that generation Z in Perumahan Pondok Jaya Bintaro saw masuk angin as a term to describe one or more early symptoms of various diseases.</p><p><strong>Abstrak: </strong>Penelitian ini mengkaji tentang pengetahuan yang dipahami oleh generasi Z di Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. Hal ini menjadi sesuatu yang menarik karena masuk angin, suatu penyakit yang konsepnya merupakan sebuah folknatural thinking dan tidak ada dalam ilmu medis modern, ternyata tetap dapat dirasakan oleh generasi Z yang stereotipnya adalah suatu generasi yang tumbuh bersama internet dan teknologi, menjadikan generasi ini lebih terpapar banyak informasi daripada generasi-generasi sebelumnya. Terlebih lagi, lokasi tempat tinggal yang berada di wilayah perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat perkotaan khususnya generasi Z mengenai masuk angin. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan studi literatur. Wawancara dan observasi lapangan untuk mengetahui karakteristik informan dilakukan di perumahan pondok jaya Bintaro. Wawancara mendalam dilakukan pada enam remaja anggota IRPJ yang termasuk dalam generasi z di perumahan pondok jaya Bintaro. Hasil dari penelitian ini menunjukkan gambaran pengetahuan generasi Z mengenai masuk angin termasuk definisi, sumber pengetahuan berasal, serta cara-cara pencegahan dan pengobatan masuk angin. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa generasi Z di perumahan pondok jaya melihat masuk angin sebagai suatu istilah untuk menggambarkan satu atau lebih gejala awal dari berbagai penyakit. </p>2023-10-31T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Shaumti Ramadhani Perdana Putri, Junardi Harahap